Sabtu, 16 Maret 2013

Medan Makna dan Kolokasi Makna

Medan makna adalah salah satu kajian utama dalam semantik. Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Di dalam medan makna, suatu kata terbentuk oleh relasi makna kata tersebut dengan kata lain yang terdapat dalam medan makna itu. Sebuah medan makna, menurut Trier (1934), dapat diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna satu kata bergeser, makna kata lain dalam medan makna tersebut juga akan berubah (Trier, dalam Lehrer, 1974:16). Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut, untuk lebih jelasnya akan penulis bahas dalam penyampaian materi pada bab selanjutnya.
Kata-kata atau leksern-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknanya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sarna berada dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin menghapal, menyontek, belajar, ujian, tes, guru, murid, catatan dan buku dapat dikelompokkan menjadi satu karena semuanya berada dalam satu bidang kegiatan yaitu bidang pendidikan dan pengajaran. Tetapi di samping itu setiap kata atau leksem dapat juga dianalisis rnaknanya atas komponen-komponen makna tertentu sehingga akan tampak perbedaan dan persama makna antar kata yang satu dengan kata yang lain. Kedua masalah yang saling berkaitan ini akan dibicarakan berikut ini.

Medan Makna
Harimurti (1982) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna. Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal, yang dimaksud dengan medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.
Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompokkan dalam satu medan makna, bedasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung tujuh itu memasukkan bola ke gawang dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan yang ramai, kiper dari pihak lawan kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit menyatakan gol. Kita dapat melihat kata-kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol, bola, wasit, gawang, dan kiper merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu lingkungan.
Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga istilah kolokasi, yaitu jenis makna kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya. Misalnya kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata tampan memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [-manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah, sedangkan bentuk pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima.
Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear maka set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam satu set dapat saling menggantikan. Kelompok set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap unsur leksikal dalam satu set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam set tersebut. Misalnya kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanan dengan dewasa; sejuk adalah suhu diantara dingin dengan hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar